Mimpi, Harapan, dan Cita-citaku

Oleh. Arif Rahman Pradana


Semua berawal dari kekecewaan dan kemarahan kepada apa yang sering terlihat di sekitar dengan semua dinamika yang terjadi.

Photobucket
jalanan di Indonesia

dimulai sejak aku smp, smpn 4 Bogor, saat itu sepulang sekolah sebelum naik angkutan umum setiap hari aku berjalan kaki kurang lebih sekitar 1km dan di sepanjang jalan itu aku melihat hal2 yang begitu mengesankan dan sekaligus pula menyedihkan. keluar dari sekolah kebetulan sekolahku dekat dengan pasar terlihat sampah sejauh mata memandang, anak jalanan dengan gerombolanya berusaha mencari sesuap nasi dari nyanyian fals di pintu-pintu angkutan umum, ratapan seorang nenek yang terduduk di tepian jalan raya dengan tangan berada dibawah terangkat keatas, klakson mobil, asap kendaraan, mobil super mewah, seorang anak tidur dijalanan, sumpah serapah seorang supir karena mobilnya di selip motor seenaknya, sampah, debu, tangisan seorang anak dalam gendongan ibunya yang mengharap beberapa rupiah dari orang yang lalu-lalang, rasa lapar anak itu, dan masih banyak yang terjadi sepanjang perjalanan itu. setiap hari ku lalu dengan melihat hal2 tersebut sampai aku SMA masih sering ku jumpai, bahkan sampai sekarang pun masih tetap sama walaupun aku sudah di kota yang berbeda. pemandangannya tidak jauh berbeda, anak2 jalanan tidur didepan supermarket, tepi jalannan banyak ku temui. ya, semua dimulai dari pinggir jalan dan itu membuat aku sangat marah, sedih, dan kecewa. tidak ada rasa gembira sedikitpun kecuali saat2 tertentu perasaanku sedang demikian karena hal lain.


Photobucket
Mobil Menteri RI

Photobucket
senci

Photobucket
pemukiman di Indonesia

Photobucket
seorang anak hydrocepalus

Photobucket
penebangan hutan ilegal

dimulai dari sana aku mulai melihat kesekitar, bukan hanya didalam lingkaran lingkunganku tapi tentang semua yang bisa dilihat baik oleh mata maupun hati.
apartemen super mewah, hotel super mewah, kawasan kumuh, anak jalanan, kerta ekonomi, penipu, orang munafik, perhiasan super mahal, mall megah, mobil dinas super mewah pejabat negara dari pajak rakyat, orang tidak bisa berobat karena tidak ada dana, kawasan terlarang merokok banyak yang merokok, penebangan hutan, muka dua yang kontras, egoisme, sungai kotor, tertawa diatas tangisan, menghamburkan disekitar kekurangan, ini itu demi aku hanya untuk aku dan golonganku tanpa perencanaan untuk mereka, konspirasi busuk, dll membuat rasa benciku membuncah dan ingin rasanya merubah segalanya agar sesuai, seimbang dan semestinya.

aku tidak membenci orang yang menggunakan mobil mewah itu (kecuali pejabat dengan mobil dinasnya), menggunakan perhiasan super mewah dan yang berkeliaran di mall2 megah itu. atau tangisan anak kumal, anak yang sedang tertidur di pinggir jalan itu, atau ratapan itu, aku tidak membenci mereka..

tapi entah mengapa amarah, benci dan perasaan miris sekaligus sedih melihat semua fenomena tersebut.

aku ingin bisa merubah segalanya, aku ingin merubah tangisan itu menjadi senyuman, itu lah cita-citaku.
aku ingin melihat semua orang bahagia, tidak peduli dengan cara apapun itu yang penting dimana aku mengarahkan pandanganku, disana keceriaan selalu menghias setiap udara yang berhembus.

dan untuk itu dan sejak itu aku becita-cita menjadi seorang pemimpin.

Kebenaran

Oleh. Arif Rahman Pradana

Kata ini yang dipertentangkan banyak orang
kata ini yang sering menimbulkan perselisihan
dengan kata ini dimulai perselisihan
dengan kata ini pula berakhir suatu pertentangan

kebenaran.
kebenaran yang mana?
kebenaran kata aku? kamu? atau dia?
setiap saya memilki pembenaran masing2!
lalu mana yang benar?
apa itu benar?

apakah kebenaran yang mengacu pada aturan?
tapi aturan yang mana?

negara punya aturan, adat punya aturan, dunia internasional punya aturan, agama punya aturan, dan HAM punya aturan.

memang ada aturan yang sejalan, tapi bila bertentangan?
aturan yang mana sebenarnya yang paling HAK untuk ditegakan?
dan kebenaran yang mana yang mesti di junjung?
semua punya jawaban masing2...
begitu pula aku.