MENGUBAH PARADIGMA PEMILU HARUS SELALU MAHAL!

Oleh. Arif Rahman Pradana 

Apabila seseorang ingin menjadi caleg, sudah hal yang lumrah kita dengar bila seseorang tsb harus mengeluarkan banyak uang agar terpilih. Bila biaya menjadi caleg kelas kota/kabupaten misal 1 M, provinsi 10M, apa jadinya biaya menjadi presiden? Banyak sebutan biaya tsb. Umumnya disebut biaya kampanye. Namun ada juga yang menyebut biaya serangan fajar, biaya pelancar, dsb. 

Lantas pemimpin macam apa yang terpilih dari hasil biaya sebesar itu? Apakah pendapatan mereka ketika nanti terpilih sebanding dengan biaya kampanyenya? Lalu bagaimana kabar orang yang jujur, cerdas tapi tidak memiliki kemampuan untuk mengeluarkan biaya sebesar itu? 

Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut banyak jawaban yang di hasilkan. Diantaranya: 1. "karena saya sudah mengeluarkan uang banyak, minimal saya harus balik modal atau harus bisa menghasilkan uang yg lebih berkalilipat dr yang saya keluarkan"; 2 "saya sudah memberi kamu uang yang banyak untuk kampanye, kamu bisa memberi saya apa ketika kamu sudah terpilih?" (pertanyaan pengusaha pemodal kampanye) 

Apakah hal yang mustahil terpilih menjadi caleg/pemimpin tanpa mengeluarkan biaya yang besar? 

Sistem demokrasi saat ini terlalu demokratis. Sampai-sampai setiap orang memiliki hak memilih pemimpin 1 suara. Dimana tidak semua orang itu peduli atas hingar-bingar dunia politik. Ketika hutang saya dimana-mana, anak belum bayar spp, bagaimana ongkos anak saya besok, ketika bekerja pagi pulang malam, sabtu-minggu lembur, sekolah dari pagi sampai sore, banyak pekerjaan rumah, berdagang dari pagi sampai malam, menerima bbm orderan hampir setiap menit, sibuk dengan dunia sosial medianya. 

Kapan orang-orang seperti ini memperhatikan secara detail calon pemimpin dari Visi-Misi, program kerja, track record, pernah terlibat kasus hukum atau tidak, dsb. Dan lebih parah lagi, setiap orang memilih bisa sampai 6x. Dari memilih presiden, gubernur, bupati, caleg nasional, provinsi, kabupaten/kota. 

Lalu kapan orang-orang sibuk tadi memiliki waktu mengamati profil calon pemimpin yang nasibnya berada disetiap mereka? 

Pada akhirnya yang sering terlihat, yang paling tampan/cantik, atau yang memberi uang yang dipilih. Maka dari itu tidak heran parpol-parpol saat ini merekrut artis-artis cantik/tampan yang bahkan tidak pernah bersentuhan dengan dunia politik untuk bergabung dan meningkatkan popularitas partainya. 

Lalu sekali lagi bagaimana nasib seseorang yang jujur, baik dan cerdas namun tidak memiliki banyak biaya untuk memasang fotonya di segala penjuru kota? 

Anda tahu mengapa Dahlan Iskan tidak membuat beragam iklan dari mulai di TV, koran, dsb?  Padahal beliau merupakan bos media terbesar di republik ini yang memiliki kekayaan yang luar biasa. 

"Saya ingin menciptakan iklim politik dengan biaya murah meriah" ujar Dahlan Iskan (tribunnews.com). Dahan Iskan ingin menciptakan iklim politik biaya murah bukan tanpa maksud. Beliau pasti paham semua logika yang saya paparkan di atas.

Bila pemilu terus membudaya dengan cara lama adalah sangat wajar banyak caleg/pemimpin yang tersangkut di KPK. Untuk menghapuskan budaya tsb beliau memulai dengan dirinya sendiri untuk mencontohkan. 

Bila beliau berhasil bayangkan apa yang akan terjadi? Logika akan berubah 180 drajat. Bila menjadi presiden saja bisa dengan biaya murah. Ini akan menjadi harapan bagi calon pemimpin jujur, cerdas tapi tidak memiliki uang bahwa untuk terpilih tidak harus memiliki kocek besar. Ada alternatif lain yaitu dengan bekerja sebaik mungkin, bermanfaat sebanyak mungkin, maka orang akan mengenal kamu.


Sumber: http://m.tribunnews.com/nasional/2013/09/15/dahlan-iskan-ogah-bergaya-mewah-saat-kampanye