Organisasi Kemahasiswaan (BEM/BPM) di Unpad Saat ini Kembali Ke Zaman 1960an


Oleh. Arif Rahman Pradana


Saya kira novel Soe Hok Gie catatan seorang demonstran terbitan LP3ES adalah novel yang mesti direkomendasikan kepada mahasiswa yang mengaku sebagai para aktivis perjuangan pro-rakyat. Dalam novel tersebut tergambar perjuangan para mahasiswa melawan rezim orde lama dan orde baru, dari presiden seumur hidup soekarno sampai tragedi G30SPKI. Agar lebih mudah mengalanisa apa yang dilakukan Soe Hok Gie bisa tergambar dalam film Gie.
Poin yang saya ingin tonjolkan dalam novel dan film ini adalah bagaimana sikap tidak simpati Gie atas berbagai kepentingan organ ekstra kampus yang mencoba menancapkan penaruhnya di organisasi kemahasiswaan internal kampus UI saat itu seperti, GAMKI (Gerakan Angkatan Muda Keristen Indonesia) HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) GMNI (Gerakan Mahaiswa Nasional Indonesia) PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) dimana Soe Hok Gie saat itu menyebut mereka antek-antek dari cabang organisasi politik besar. Ada latar belakang mengapa Soe tidak suka dengan organ ekstra tersebut, akan ada persaingan tidak sehat ketika calon-calon ketua senat saat itu di-backing-i oleh organ ekstra tertentu, karena mereka berangkat dari perbedaan bukan dari persamaan yaitu mahasiswa UI.
Sama halnya dengan perhelatan pemilihan Ketua/Presiden BEM di Unpad saat ini. terjadi tarik menarik-kepentingan dari berbagai organ ekstra yang melatar belakangi calon Presiden BEM Kema saat ini, sebenarnya saya sudah bisa merasakan kepentingan-kepentingan tersebut dari ketika saya menjadi mahasiswa baru, sangat terlihat tarik-menarik kepentingan di Fakultas Sastra saat itu. Sehingga sampai saat yang lalu ketika debat calon Presiden BEM Kema Unpad jelaslah sudah organ ekstra yang melatarbelakangi setiap calon Ketua/Presiden BEM. Saya sangat muak dengan keadaan itu, kenapa kepentingan organisasi eksternal dimasukan kedalam organisasi Internal? Bila hal tersebut terus dilakukan oleh subjek-subjek organ ekstra bisa dilihat yang terjadi, yaitu konflik internal di Unpad. Konflik sesama aktivis mahasiswa. Dan selanjutnya yang terjadi, konflik yang terjadi di pemilu tidak cukup sampai disitu, tapi akan terus terjadi selama berjalannya pemerintahan calon terpilih, bukan hanya di atas panggung perdebatan saat kampanye, tapi akan selalu terjadi perdebatan dimanapun. Ini merupakan langkah mundur dalam organisasi kemahasiswaan, kita kembali ke zaman 1960an dimana tarik menarik kekuasaan organ ekstra di intra kampus luas terjadi.
Terlebih yang paling membuat saya miris, organ ekstra besar yang saat ini sedang bersaing sama-sama dari organisasi berlatar Islam. Entah kenapa mereka malah saling “menyerang” satu sama lain. Saya faham, mungkin dengan mencalonkan calonnya menjadi Ketua/Presiden BEM akan memudahkan dalam berdakwah. Namun ketika itu terjadi akan banyak timbul perasaan tidak simpati dari berbagai pihak, dari mahasiswa non-Islam, mahasiswa Islam yang lebih cenderung liberal, dll. Dan yang terjadi adalah konflik dikalangan mahasiswa itu sendiri. Sepengetahuan saya Rasullulah dulu memberikan pemahaman/berdakwah terlebih dahulu kepada manusia yang hidup saat itu tentang kebenaran dan keadilan ajaran Islam, setelah dakwah itu berhasil dan umat Islam sudah kuat baru mendirikan pemerintahan Islam. Bukan mendirikan pemerintahan Islam dulu baru mencoba memperluas pengaruhnya. Dari pada sibuk berebut kekuasaan lebih baik berberbut memberi kontribusi, misal advokasi perbaikan mushola diwilayah UKM yang airnya sering mati, advokasi berbagai fasilitas yang kurang perawatan baik bangunan lama maupun baru, tempat pembuangan sampah akhir yang belum dimiliki unpad sehingga sampah masih dibuang diarea fakultas dan pemusnahannya dengan cara dibakar, dll. Masih banyak yang mesti diurusi kawan dibanding konflik internal dan berebut kekuasaan.
Saya memang ikut (lebih tepatnya pernah ikut) salah satu organ ekstra, tapi saya tidak pernah mencampurkan urusan organ ekstra dan intra kampus. Sehingga sampai saat ini organ yang bersebrangan dengan organ ekstra yang pernah saya ikuti terus menyerang saya. Rasanya seperti Dosa besar saya mengikuti organ ekstra tersebut sehingga mendapatkan tuduhan dan serangan yang cukup sering membuat saya jengkel. Padahal saya sendiri sudah tidak pernah mengikuti kumpul organisasi tersebut, tapi kenapa orang memperlakukan saya seperti ini? Saya tidak anti organ ekstra, tapi saya anti ketika organ ektra sudah dicampur adukan dengan organ intra. Saya lebih setuju setiap orang mengikuti organ ekstra hanya untuk pengembangan diri tanpa mencoba menancapkan pengaruhnya didalam organ intra. Boleh berbeda warna entah merah, hijau, putih tapi tetap sama satu Unpad.
“Sebaik-baik manusia di antaramu adalah yang paling bermanfaatnya bagi orang lain.”

0 komentar: