Oleh. Arif Rahman Pradana
Hari ini, Selasa 13 November
2012 Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan beserta staf dan Menteri ESDM Jero Wacik
diundang dalam rapat yang diadakan oleh DPR RI Komisi VII. Undangan tersebut
terkait dengan adanya dugaan inefisiensi PLN yang ditemukan oleh BPK ketika
Dahlan Iskan memimpin sebesar 37,6 Triliun. "Kami melakukan sidang pada
reses, karena pentingnya Komisi VII untuk segera melakukan verifikasi kepada
pihak-pihak yang terkait dalam audit BPK pada saat 2009-2010," kata
Effendy{1} .
Saya menyaksikan rapat
tersebut dalam siaran langsung yang ditayangkan oleh tvone baru sekitar pukul
10.30 WIB. Ketika itu anggota DPR RI Komisi VII sedang dipersilahkan untuk
bertanya kepada pemerintah (Dahlan Iskan dkk). Namun pertanyaan itu sebagian
besar bahkan hampir semua mengarah dan menghakimi Dahlan Iskan. Rapat yang
dipimpin oleh Efendi Simbolon ini berjalan sangat lambat dan bertele-tele,
sebagai contoh: anggota Fraksi PAN Alimin Abdullah bertanya panjang lebar
hampir sekitar 15 menit padahal inti pertanyaannya yang saya simpulkan hanya
"menurut bapak inefisiensi yang ada di PLN itu seharusnya lebih besar dari
37,6 Triliun, coba jelaskan pernyataan bapak tersebut". Ini pertanyaan
Alimin yang sesuai konteks judul rapat hari itu, sisanya anggota DPR RI yang
terhormat itu menjelaskan mengenai Dahlan Iskan cium tangan dia, angkat pintu
tol, pencitraan, melaporkan anggota DPR RI ke BK DPR RI, dll yang semua itu
diluar konteks. Lebih memprihatinkan lagi pimpinan rapat saat itu membiarkan
penjelasan panjang lebar dari setiap anggota DPR RI tanpa memintanya bertanya
hanya prihal konteks dan inti pertanyaannya saja. padahal saat itu rapat
dijadwalkan selesai pukul 12.00, tapi sampai pukul 14.00 belum selesai
sedangkan saat itu mereka belum istirahat shalat dzuhur.
Bukan hanya itu, ada lagi
pernyataan anggota DPR RI yang tidak memiliki fakta dan data yang kuat.
dikatakan bahwa NTB saat ini sering byar pet (istilah Dahlan Iskan ketika
listrik padam), namun faktanya: "Diluar Jawa, tidak ada yang mengalahkan
NTB, sambungan baru tahun lalu kita sampai 200 ribu. yang lain paling 40 ribu,
kata Akbar Ali, General Manager PLN Wilayah NTB, di Mataram, Selasa (7/8){2}.
bahkan saat ini PLN wilayah NTB sedang mengembangkan sumber energi listri baru,
tiga diantaranya merupakan pembangkit listrik tenaga uap {3}
Lebih jauh lagi anggota
dewan yang terhormat Tommy Adrian Firman
dari Fraksi PPP bertanya mengenai bisnis genset oleh keluarga Dahlan Iskan.
Namun lagi-lagi yang terhormat tersebut tidak membawa data yang bisa membuktikan
apa yang dikatakannya tersebut. Namun Dahlan Iskan hanya menjawab enteng
"yang saya tahun anak saya bisnis kaos, didalamnya terdapat gambar
genset", jawaban tersebut selanjutnya disambut tawa oleh peserta hadir
rapat saat itu. Tiba-tiba muncul celetukan dari Wakil Ketua Komisi VII DPR
Effendi Simbolon, "Katanya istri yang mana pak"{4}. Apabila celetukan
itu disampaikan kepada saya sedangkan saya sudah menjelaskan berkali-kali istri
saya hanya satu, saya akan merasa sangat tersinggung dan marah. sungguh celetukan
yang tidak pantas di lontarkan oleh anggota yang terhormat, padahal ketika itu dia sebagai pimpinan rapat mengulang2 pernyataan bahwa rapat ini penting dan harus dihargai.
Begitulah rapat yang terjadi
di Komisi VII hari ini, maka apabila ditanya mengapa dirut pertamina tidak
hadir saat itu, dan mengapa Dahlan Iskan tidak hadir dalam 2 panggilan
sebelumnya (yang panggilannya mendadak itu), saya rasa pembaca sudah bisa
mengambil kesimpulan masing-masing. Kalau kesimpulan saya karena rapat dengan
DPR RI itu TIDAK PENTING! Saya tidak merasa diwakili oleh mereka, dan saya
sangat kecewa dengan pertanyaan-pertanyaan dan pernyataan-pernyataan mereka
yang tidak berbobot. DPR RI harusnya setiap di kritik introspeksi diri bukannya
mengelak dan malah menyalahkan orang!