Oleh. Arif Rahman Pradana
PERCUMA ikutan PKCM kalau masih
suka mengeluh capek, dulu saja saya latihan dari jam 7 pagi sampai jam 11 malem, besoknya latihan kembali jam 7,
ditambah panas2an dan kehujanan alhamdulillah kuat. Percuma ikut pkcm kalau
masih pesimis. Dulu pasukan (tim yang mengikuti lomba) baru lengkap dengan
waktu kurang dari seminggu, sekolah lain sudah lengkap sekitar 3-1 bulan sebelum lomba. kita masih ditekankan memiliki harapan juara, dan
bisa mencapainya bila tidak ada kesalahan kecil.
Percuma menjadi pendiri ekstra
kulikuler jurnalistik, kalau masih malas baca, dan malas menulis. Apa jadinya bila ketika temu alumni wawasan saya kurang dari adik – adik yang masih
sekolah. Bagaimana saya menyarankan adik-adik saya untuk rajin membaca dan
menulis, bila saya malas membaca dan tidak punya tulisan. Walaupun tulisan saya
tidak sesuai dengan prinsip jurnalistik, setidaknya saya punya tulisan. Seperti
kata Dahlan Iskan “Toh, koran bukan kitab
tata bahasa.” Apalagi hanya tulisan seperti di blog ini. Yang penting orang
mengerti, kalaupun tidak saya bisa mengerti dan ketika saya membacanya kembali
saya bisa menangkap pesan saya sendiri.
Saya sendiri bila sudah lama
tidak membaca dan menulis, sering heran dengan tulisan saya sendiri ketika
dulu. Saya sering berfikir betapa idealisnya saya dulu. Dan itu menjadi pemacu
semangat saya saat ini.
Percuma ikut banyak organisasi
kalau tidak bisa membagi waktu dengan baik. Dulu dalam satu waktu bisa ada 3
pertemuan sekaligus dan bisa saja berjalan semua dengan menentukan skala
prioritas
Percuma kalau ikut osis tapi tidak bisa bicara depan umum. Dulu ketika kampanye saya bisa berbicara didepan ratusan orang, walaupun terlihat tampak bodoh. Tapi setidaknya dari situ saya belajar agar tidak bodoh lagi.
Percuma ikut bela diri kalau
setidaknya tidak bisa menjaga kesehatan. Dulu di kateda saya belajar nafas
dalam, dan itu setidaknya bisa berguna ketika dada sesak atau masuk angin untuk
memulihkannya.
Percuma ikut BPM kalau tidak
mengerti tentang hukum. Pada awalnya saya tidak mengerti banyak tentang
perundang-undangan. Modal saya hanya dari latihan dan belajar ketika saya
dipercaya masuk kedalam sebuah tim di SMA untuk lomba pengetahuan
Perundang-undangan, di DPR RI. Di BPM saya belajar lebih dalam, walaupun tidak
sempurna dan tidak di terapkan pada tahun itu, setidaknya saya membuat 3 produk
undang-undang dalam 1 tahun, dimana ditahun sebelumnya belum pernah ada.
Percuma suka membaca kalau tidak
mengambil pelajaran dari setiap hal yang ada dalam bacaan. Lalu apa gunanya
saya membaca kalau pengalaman-pengalaman yang ada dalam bacaan tersebut tidak
saya jadikan pelajaran? setidaknya kata-kata bijak yang ada dalam buku tersebut
masuk kedalam benak saya, dan bisa dijadikan prinsip hidup
Percuma kerja di warnet kalau tidak mengetahui tentang seluk beluk dunia maya. setidaknya saya paham
sedikit. Atau minimal bisa membagi waktu dengan baik karena dulu kerja sambil
kuliah saja bisa.
Percuma bila dekat dengan
seseorang bila tidak mengambil pelajaran darinya. Seumur hidup saya, saya
beberapa kali pernah dekat dengan sesorang. Setiap orang memiliki kepribadian
masing-masih yang spesial. Dari mereka saya belajar banyak. Berprinsip untuk
tidak merokok, membuang sampah sembarangan, peduli kepada lingkungan, bagaimana
menyayangi ibu dan berkomunikasi dengan mereka yang baik (maklum karena saya
anak sulung, komunikasi saya dengan orangtua sangat kaku), bagaimana menikmati
hidup, harus beribadah dengan baik, dsb.
Setiap hal yang kita lalui
hendaknya menjadikan kualitas kita lebih baik dari yang lalu. Bahkan dari hal
buruk sekalipun pasti ada hikmah yang bisa didapat. Dulu saya "dicambuk" oleh
senior saya untuk bisa disiplin, saat ini pengalaman itu "mencambuk" saya untuk
bisa lebih baik dari masa itu. Karena dahulupun saya bisa melaluinya, kenapa
sekarang tidak bisa? Termasuk tulisan ini mencabuk saya pribadi untuk terus lebih
baik dan bersyukur atas apa yang telah saya lalui.
Seperti sabda Rasulullah :
“Barang siapa yang hari ini lebih baik dari kemarin adalah orang yang
beruntung. Bila hari ini sama dengan hari kemarin, berarti orang merugi dan
jika hari ini lebih jelek dari kemarin adalah orang celaka”
Setidaknya dalam hidup kita memiliki 3 modal, IMPIAN yang harus kita capai, PENGALAMAN sebagai pembelajaran, dan MASA KINI yang kita perjuangkan semaksimal mungkin. Kalau kata Dahlan Iskan "kerja, kerja, kerja!"
0 komentar:
Posting Komentar