KAMI YANG KINI TERPENJARA


 Oleh . Arif Rahman Pradana


Mahasiswa merupakan tombak kemajuan suatu bangsa, terbukti dalam sejarah orang yang memiliki andil besar dalam perubahan suatu bangsa itu adalah seorang pemuda. Karena dimasa-masa muda inilah seseorang memiliki ambisi dan semangat yang besar dalam melakukan perubahan. Tidak seperti kaum tua, kaum muda lebih menekankan pekerjaan pada tindakan bukan hanya konsepsi dan teori.
                Namun, beberapa tahun belakangan ini kaum muda kebanyakan terperangkap dalam sistem yang memenjarakan semangat dan ambisi mereka untuk melakukan perubahan, kuliah yang padat, tugas yang banyak, dan jam perkuliahan yang sampai sore membuat kegiatan lain diluar perkuliahan yang menekankan pada aspek tindakan seperti bakat alami pemuda di kengkang dengan sistem yang berlaku. Bagaimana mungkin bangsa ini mau maju bila pemudanya dibatasi ruang lingkupnya.
                Memang disisi lain banyak yang beranggapan mahasiswa/pemuda adalah masa dimana seseorang harus belajar dan terus belajar sehingga ketika nanti kita menggantikan pucuk kepemimpinan bangsa ini generasi kita tidak melakukan kesalahan yang sama seperti generasi sebelumnya. Tapi pertanyaannya dengan kita terdidik dan terfokus pada teori apakah kita tidak akan melakukan kesalahan yang sama? Apakah generasi yang lalu tidak terdidik sehingga negara kita tidak mengalami kemajuan dan banyak penyelewengan dimana-mana?
                Coba kita berfikir dari sudut pandang lain, masa SMA tidak mungkin kita dipandang ketika kita melakukan perubahan karena dinilai terlalu dini, ketika mahasiswa kegiatan perkuliahan dan tugas terlalu padat dan anggapan mahasiswa saatnya belajar banyak mengurungkan niat mahasiswa untuk melakukan aktifitasnya selain dibangku kuliah. Setelah kuliah apabila mahasiswa yang mengikuti alur kehidupan normal pasti mencari kerja, menikah dan memiliki anak. Sedangkan yang masih idealis dan mungkin ingin tetap melakukan perubahan masuk kedalam parpol atau LSM. Bagi mahasiswa yang pertama kebanyakan orang yang telah bekerja menikah dan mempunyai anak tidak akan terlalu terfokus pada isu-isu sosial kemasyarakatan karena seorang bapak atau seorang ibu pasti akan memfokuskan segala pikiran dan daya upayanya sepenuhnya untuk anak. Namun bagi mahasiswa jenis kedua yang idealis tadi pasti ada faktor tekanan juga dari keluarga agar jangan terlalu fokus di LSM atau parpol, karena pada perinsipnya dua organisasi tadi merupakan organisasi sosial yang notabennya tidak mendapatkan insentif yang pasti, dan malah cenderung setiap anggota diwajibkan membayar iuran bulanan dll.
                Lalu ketika hal itu sudah terjadi kapan bangsa ini berubah? Kapan bangsa ini maju? Sesungguhnya untuk menjadi pemimpin dan memiliki konsep pemerintahan tidak melulu harus pandai dalam teori, karena teori bisa terlupakan seiring dengan berjalannya waktu, yang terpenting adalah daya analisis yang kuat, kepekaan yang besar, kepedulian dan tanggung jawab.

*ditulis sekitar satu tahun lalu namun belum dipublikasikan

0 komentar: